Impian adalah suatu hal yang ingin kita gapai.
Impian hadir ketika jalan pikiran kita terbuka untuk suatu hal yang positif,
dan mutlaknya kita pasti selalu ingin menggapai impian itu. Impian bersinar
seperti bintang ketika kelam mengelilinginya. Kalian tau? Bintang kami
berdekatan, meskipun berbeda walau serupa. Ketika semesta impian mempertemukan
kami, disinilah awal mula persahabatan kami dimulai….
Matahari bersinar
lagi, Ia memang tak pernah terlambat untuk hadir. Sama seperti waktu. Atau
memang matahari-lah waktunya. Sinar kuning keemasan dari sang raja cahaya itu menerangi
Don Bosco High School dengan cerah. Don Bosco High School yang notabenenya
adalah SMA Don Bosco, sekolah tingkat menengah atas yang dikelilingi warna
hijau disana sini pagi ini tampak lebih ceria. Murid - murid berseragam putih
abu – abu berdatangan dengan wajah ceria yang semakin membuat sekolah ini
terasa lebih beraura semangat. Jika kita memasuki gerbang yang langsung menuju
koridor perbatasan kelas 10C dan 10D, kita bisa melihat banyak murid berlalu
lalang. Ada yang datang dan pergi. Dikoridor itu juga tampak seorang siswa yang
juga berseragam putih abu – abu sedang bersandar dengan santainya di mading
samping koridor. Sepertinya sedang menunggu seseorang.
“Hoi fey, ngapain
lo disini?” Sambar seorang gadis berambut panjang dan lurus tiba – tiba. Fey,
alias Felik Yudha yang disambar menampakan muka sok kerennya setelah agak
dikagetin dengan kedatangan gadis itu.
“Hehe. Aku kan
nunggu kamu.” Ucap Fey nyengir. Gadis itu mengerutkan alisnya. Ia tau sifat
temannya yang satu ini.
“Jangan bohong lo.
Lo nunggu gebetan baru kan? Hayo ngaku deh?!” Goda gadis itu agar Fey mau
mengaku.
“Iya... Kan kamu
gebetan barunya, Sis. Hehehe” Goda Fey balik masih dengan cengirannya.
“Ah, dasar lo
Fey. Tetap aja nggak mau ngaku. Yaudah, gue ke kelas dulu. Lima belas menit
lagi masuk nih. Selamat menunggu.” Ucap gadis yang bernama Siska itu langsung
melengos pergi ke kelasnya 12 IPA. Fey masih tetap nyengir sambil meneriakkan candaan
yang dihiraukan Siska. Memang sudah takdirnya memiliki hobi menjaili orang –
orang, gak bisa diam, dan tentunya suka menggoda teman – temannya.
***
Sementara itu, di
depan kelas 12 IPA, gadis yang berambut tomboy sedang bertingkah dengan gaya cengar
cengirnya.
“Bentar lagi
masuk woi!! Masuk masuk!” Teriak gadis itu kepada murid – murid yang masih
berlalu lalang di depan koridor kelas 12 IPA, ada juga siswa siswi yang masih
memarkirkan motornya di halaman depan kelas 12. Sehingga murid – murid yang masih
berlalu lalang itu segera bergegas menuju kelas masing – masing. Semenit
kemudian bel masuk pun berbunyi.
“Hampir
terlambat. Hahahaa” Kata seorang siswa dengan rambut ikal yang baru datang
tepat 10 detik setelah bel berbunyi. Ya tetap saja namanya terlambat kan. Tetapi
karena guru belum masuk, maka siswa itu selamat dari hukuman. Apalagi setelah
ini pelajaran matematika.
“Cepetan masuk
woy Marcel! Mumpung Bu Imel belum datang.” Teriak gadis berambut pendek itu.
“Iya iya, Neva.
Ini juga udah mau masuk gue.” Kata Marcel kepada gadis berambut pendek yang
bernama Neva itu. Lalu mereka berdua memasuki kelas.
“Hoy, hoy. PR
yang nomer ini lo udah belum?” Kata Marcel setelah duduk dikursinya sambil
seenaknya mencolek – colek bahu gadis berambut panjang yang duduk di depannya
–tepatnya diserong kiri depannya-. Si gadis yang merasa dipanggil menoleh.
“Belum..yang ini
susah tau. Gue ga dapet hasilnya.” Jawab gadis itu.
“Biarin aja ga
usah dikerjain. Ga dapet seratus juga ga apa, yang penting kan udah dikerjakan.
Hehehe.” Kata Neva yang duduk disamping Marcel nyengir. Si gadis yang berada
tepat didepannya ikutan nyengir.
“Iya juga. Kalau
yang ini sama ga hasilnya, Dev?” Tanya Marcel kepada gadis berambut panjang
yang ternyata bernama Devi itu.
“Iya, sama kok.”
Jawab Devi. Neva yang sedang memandang pintu langsung menggoyang – goyangkan
pundak Devi. Devi mengerutkan dahi tidak mengerti. Kalau dikomik – komik,
biasanya muncul 4 siku – siku dikening. Tidak jelas.
“Ibu – ibu.” Kata
Neva. Devi yang agak lambat reaksinya, beberapa detik kemudian baru berbalik
badan.
“Siap.” Kata
ketua kelas. Semua siswa siswi 12 IPA berdiri.
“Selamat pagi,
bu..” Ucap 12 IPA serentak.
“Ya, selamat
pagi….”
***
Suara berisik nan
riuh bergema disepanjang sudut kelas 12 IPA. Bukan karena kelas ini telah
dialih fungsikan menjadi pasar loak, tetapi penghuni kelasnya sedang mengadakan
syukuran karena guru mata pelajaran yang sedang berlangsung pada jam ini tidak
masuk hari ini. Jangan tanyakan pada saya bagaimana cara mereka mengadakan
syukuran. Jika anda pernah menjadi seorang pelajar, seharusnya anda tau maksud
saya.
Disetiap sudut
kelas penghuni kelas 12 IPA sibuk membuat kegiatannya masing – masing. Disudut
kanan, depan dan kiri siswa siswi sibuk mengobrol dengan berbagai topik. Ada
juga yang sedang browsing, bermain game di laptop, dan membaca novel ataupun
majalah. Sedangkan di salah satu meja pada barisan ketiga setelah pintu kelas
bergerombol beberapa makhluk penghuni kelas. Jumlah mereka ada lima. Tidak tau
apa yang sedang mereka bahas, tetapi sepertinya mereka sedang membahas sesuatu
yang menarik. Itu terlihat dari ekspresi mereka yang sumringah dan posisinya
yang saling mengelilingi meja.
“Kita rakit roket
sendiri! Hahaha” seru Marcel.
“Terus kita bikin
cabang perusahaan penerbit. Yang ngurus gue!” Lanjut Siska sambil menunjuk –
nunjuk dirinya. Ya wajar saja, dia emang hobby banget membaca novel.
“Haha. Boleh
boleh tuh Sis. Ntar gue jadi penulis utama di penerbit lo.” Kata Devi. Yang ini
juga suka baca novel, tapi ga hobby banget juga. Malahan dia lebih hobby
menulis karangan.
“Terus gue jadi
apa dong? Masa gue diem aja jadi patung.” Kata Neva manyun. Fey tertawa tiba –
tiba.
“Lo kan jadi seksi
keamanan! Jadi satpam.” Kata Fey. Dilanjutkan tertawaan yang lain. Neva semakin
manyun.
“Ga elit banget
gue jadi satpam. Gue mau jadi densus 88 aja!” Seru Neva tak mau kalah. Yang
lain malah tertawa.
“Iya! Entar kalau
kita udah sukses, kita bentuk sebuah perusahaan yang memproduksi apa saja! Ada
cabang perusahan apa aja, kayak penerbit. Trus NASA dibawah pimpinan kita.
Hohoho” Kata Fey semangat. Ide yang tak masuk akal. Sedangkan empat orang yang
lain memperhatikan Fey sambil nyengir. “Kita bikin nama perusahaannya ini!”
Lalu Fey mencoret – coret sebuah nama di selembar buku yang tergeletak di meja.
Serentak Marcel, Neva, Siska dan Devi mengalihkan pandangan ke kertas
yang di tulis Fey.
“tHe_Nemo!!!!”
Kata mereka serentak. Dan disinilah bintang kami mulai bertemu.
***
“Eh, gue haus
nih. Kantin yuk!” Ajak Devi kepada kedua temannya yang sedari tadi sibuk
membolak balikkan sebuah majalah katalog sambil berseru tidak jelas. Perempuan,
maklumkan saja.
“Iya iya ntar.
Gue belum milih nih.” Jawab Siska. Matanya tetap fokus ke katalog milik Neva
yang memuat berbagai jenis baju, tas maupun sepatu.
“Iya nih.
Pokoknya harus pesen dulu baru kita ke kantin!” Kata Neva. Devi hanya
mendengus. Bukannya dia tidak mau memesan salah satu produk katalognya, tetapi
dia sedang dalam kondisi krisis moneter. Maksudnya krisis keuangan. Lagipula
Neva sudah seperti sales beneran, karna cerdik banget merayunya. Mana pakai
ancaman lagi.
“Oiiii friend!!
Kita dapat misi baru!!” Teriak Fey heboh sambil menghampiri ketiga temannya
yang terbengong melihat tingkahnya, a.k.a Devi, Neva dan Siska. Marcel yang
tadinya sedang serius didepan laptopnya ikut melirik Fey sekilas.
“Lo heboh banget
sih. Biasa aja bisa kali..” Celos Siska. Fey hanya menjawab dengan cengiran
khasnya.
“Jadi apa?” Tanya
Devi.
“Gini… Ada lomba
yang hadiahnya gede banget. Ini lomba nya harus pakai tim. Nah, dalam sebuah
tim itu terdapat 5 orang. Lumayan loh kalau kita ikut. Gimana?” Jelas Fey
sambil meminta pendapat teman – teman tHe_Nemo nya. Marcel yang sedang asik di
depan layar laptop ikut menoleh. ‘Apa? Hadiah gede?’ Pikirnya diikuti cengiran
kecil. Neva yang tidak sengaja melihatnya meringis kemudian berpikir kalau
mungkin saja Marcel sudah gila dan harus dibawa ke Psikiater terdekat.
“Boleh tuh..
Lumayan buat uang jajan. Lomba apaan sih ngomong – ngomong? Kok pakai tim?” Kata
Devi sambil memikirkan keuntungan yang diraihnya jika mengikuti lomba ini.
Dasar.
“Ini lomba menjelajah,
tetapi juga menuntut kekompakan tim. Dilaksanainnya tanggal 14 agustus nanti.
Berarti lusa kan?” Jelas Fey sambil melirik brosur yang daritadi dipegangnya.
“Iya lusa. tepat
pada hari pramuka. Jadi ada persyaratannya ga? Itu sehari doang? Tanya Siska.
“Gue ikut ya.
Hehe.” Kata Marcel tiba – tiba dengan cengiran.
“Iya. Lo juga
ikut broo. Tenang aja. Jadi kita pas berlima kan.” Kata Fey. Yang lain hanya
manggut - manggut saja. “Oh iya, persyaratannya sih ga ada yang urgent buat
kita. Umur 15-20, yang pasti fisik ga lemah, dan membayar biaya pendafaran
sebesar 100rb per-tim. Dan acara ini cuman sehari kok. Walaupun kemungkinan
acaranya sampe malam. Jadi ini lomba, kayak gitu menjelajah waktu pramuka itu
loh.” Lanjut Fey lagi.
“Nah tenang aja,
kita kan rata – rata mantan Bantara nih. Kecuali Neva doang. Jadi kita pasti
bisa deh!!” Kata Marcel semangat.
“Iya bro. Lagian
Neva kan jago, hahaha.” Kata Fey heboh sendiri. Yang lain hanya ikut tertawa
kecil.
“Hehehe, gue gitu
loh. Jadi kita ikut ya. Besok kasi uangnya ke Fey, seorang 20 ribu. Ntar Fey
yang kasi ke panitia. Oke?” Kata Neva.
“OKEEEE!!!!!!!”
Teriak yang lain bersamaan.
“Tos dulu dong!”
Kata Fey sambil mengajak yang lain tos.
***
“Yosh!! Akhirnya
nyampe.” Kata Marcel semangat. Yang lain hanya ikut manggut - manggut.
“Ngomong –
ngomong kemana Devi?” Tanya Neva.
“Noh lagi nelfon
pacarnya, Iyan.” Tunjuk Siska ke arah Devi yang berada di dekat sebuah pohon
sambil memegang handphone.
“Oh iya, kalian
udah makan semua kan? Trus pada bawa bekal gak? Ini bakal lama kayaknya.” Tanya
Fey.
“Udah dong.”
Jawab Siska, Marcel dan Neva. Tak lama kemudian Devi menghampiri mereka.
“Jadi udah pada
siap belum?” Tanya Devi.
“Udah dong.
Tinggal nunggu acaranya mulai lagi. Kita kesana aja yuk.” Ajak Siska.
***
Di lapangan yang
luas itu telah berkumpul tim – tim yang akan mengikuti lomba menjelajah yang
bertemakan “What Should to be Your Aspiration” itu. Sebenarnya selain untuk
memperingati hari pramuka, lomba ini diperuntukan untuk anak – anak muda kota
Sanggau agar lebih mengenal apa cita – cita mereka dan apa yang tepat bagi masa
depan mereka. Menurut panitia, anak – anak muda kota Sanggau berpotensi menjadi
penerus bangsa yang hebat, hanya saja pikiran mereka belum terbuka untuk hal –
hal yang bersifat membangun kota Sanggau.
Maka lewat lomba menjelajah ini, diharapkan anak – anak muda Sanggau lebih
mendalami lagi apa cita – cita mereka dan apa yang sebaiknya mereka lakukan di
masa depan lewat cita – cita mereka tersebut. Dan tentu saja tanpa melupakan
pembangunan kota Sanggau ke arah yang jauh lebih baik lagi.
Ternyata ide
cemerlang panitia membuahkan hasil yang sangat baik diawalnya. Hal ini
dibuktikan dengan kenyataan bahwa banyak
anak – anak muda yang mau berpartisipasi dalam lomba ini. Yang artinya acara
ini menuai sambutan yang baik dari anak – anak muda kota Sanggau.
Jika kalian
bertanya apa hubungannya masalah cita – cita dengan lomba menjelajah? Ya,
panitia sendiri yang entah karena terlampau kreatif mencoba membuat agar
kegiatan pramuka lebih marak digandrungi kaum muda dengan mengombinasikan
kegiatan ini dengan tema cita - cita. Kegiatan pramuka ini diharapkan dapat
menumbuhkan semangat anak muda kota Sanggau. Selain menguatkan fisik dan
kemandirian, kegiatan ini juga dapat membuka pikiran mereka tentang apa itu
cita – cita dan apa yang harus mereka lakukan dengan cita – cita.
Sementara tim –
tim yang telah bersiap mengikuti lomba ini tampak semangat dan saling berbagi
cerita dengan sesama anggota tim mereka. Sekitar puluhan tim yang siap
mengikuti lomba ini telah berbaris dilapangan. Tim tHe_Nemo yang berada
ditengah – tengah barisan juga tampak semangat dan berdiskusi satu sama lain.
Kemudian obrolan – obrolan dari berbagai sumber terhenti seketika saat ketua
panitia yang menggunakan seragam pramuka lengkap telah berdiri di depan, mulai
berbicara beberapa patah kata. Setelah ketua panitia juga selesai memberikan
sambutan sederhana nya, Ia pun memberi petunjuk – petunjuk dalam lomba ini.
“Jadi lomba ini
nantinya akan sengaja dilangsungkan hingga malam tiba. Bagi yang merasa
fisiknya tidak mampu harap melapor kepada petugas PMI di posko kesehatan.” Ucap
ketua panitia sembari menunjukan dimana letak posko kesehatan.
“Nah, langkah -
langkah di lomba ini hampir sama seperti kita menjelajah pada kegiatan pramuka.
Bedanya lomba ini tidak akan ada bully-an dari panitia – panitia ya. Dan posko
– posko nya juga sedikit berbeda seperti
yang ada di pramuka.” Kata ketua panitia itu panjang lebar. “Sekarang kalian
pilih satu orang perwakilan dari tim kalian untuk mengambil nomor masing –
masing tim.” Lanjutnya. Semua tim di lapangan tampak mulai riuh saling memilih
satu orang perwakilan. Begitu pula dengan tim tHe_Nemo yang telah mengutus Neva
untuk mengambil nomor tersebut.
Kemudian
perwakilan – perwakilan yang telah ditunjuk pun mengambil gulungan – gulungan
kertas yang telah disiapkan panitia dalam sebuah kotak berwarna hitam.
“Sim salabin…”
Kata Neva sambil mengambil salah satu gulungan yang berada dalam kotak itu.
Memangnya dia pikir ini acara sulap apa. Huh..
“Yoshh!! Hmmm…..”
Katanya sambil membuka gulungan secara perlahan. “Delapan.” Lanjutnya sambil
menyerahkan gulungan yang telah dibuka itu kepada panitia yang berdiri
didekatnya.
Sementara tim
tHe_Nemo harap – harap cemas mereka mendapat nomor tim berapa. Karena mereka
tidak mau mendapat nomor terakhir. Fey berbicara mangap – mangap alias tanpa suara dan memberi
kode pada Neva untuk bertanya mereka mendapat nomor tim berapa. Neva yang tidak
mengerti kode – kode mulut Fey hanya bisa menebak - nebak apa yang dikatakan
Fey. Dan beruntungnya Neva bahwa tebakannya benar, yaitu Fey menanyakan mereka
mendapat nomor berapa. Dan segera mengkode angka delapan dengan jarinya. Ya
tentu saja Fey menanyakan itu, memangnya apalagi yang akan ditanyakannya. Tentu
saja Ia tidak mungkin bertanya mengenai berapa ukuran sepatu kepala sekolah
mereka yang namanya kalau diterjemahkan ke bahasa indonesia itu artinya ‘kotak’.
Krik. Krik.
“Baiklah anak –
anak.. Sekarang semuanya sudah mendapat nomor tim dan berbaris sesuai urutan
kan?” Kata seorang panitia yang kini telah mengambil alih membawa acara.
“Sudaaaaahhhh”
Seru semua tim kompak, walaupun masih ada gema – gema berujung ‘dahh’
terdengar.
Sementara panitia
yang membawa acara sedang bercuap – cuap di depan. Beberapa tim mulai berbisik
– bisik mengenai kiat – kiat agar mereka bisa memangkan lomba ini. Karna lomba
ini hanya mengambil juara hingga tingkat ‘Harapan 3’.
“Ingat, kita ga
boleh kalah! Misi kita yang harus dicapai kali ini adalah memenangkan lomba
ini.” Kata seorang cowok berkulit putih yang tim nya tidak jauh tim tHe_Nemo.
“Ga penting
banget sih omongan lo. Nggak lo kasi tau juga kita – kita tau kalau kita harus
memenangkan lomba ini!” Kata seorang cewek yang satu tim dengannyalalu menghela nafas sedikit kesal.
“Hoy Endy, Anto,
Via, Febri dan Ita!” Seru Marcel sekecil mungkin kepada tim yang tengah
berseteru kecil tadi.
“Hoy!! Ikut juga
kalian di lomba ini!” Teriak Endy sekencang – kencangnya hingga semua orang
menoleh padanya.
“Biasa aja kali
ga usah pake toa gitu ngomongnya Ndy.” Dengus Siska. Devi dan Neva tertawa
melihat Endy yang menjadi perhatian orang – orang.
“Hehehe. Maaf –
maaf semuanya…” Kata Endy sambil nyengir. Orang – orang yang tadinya menoleh
pun sontak membalikkan kepalanya nya lagi kompak. Lucu juga jika diperhatikan.
“Jadi kalian juga
jadi salah satu rival kita..” Kata Anto sambil tersenyum miring.
“Kita bakal jadi
juara 1 loh. Kalian kita kasi juara 2 aja deh.” Kata Endy sok, yang maksudnya
adalah bercanda.
“Huuu…sok bener
dah. Kita liat aja ntar!” Kata Marcel.
“Iya tu, week…”
Kata Neva sambil mengejek.
“Liat aja ntar…”
Ucap Febri.
“Aih, jangan
karna lomba ini kita jadi rival beneran ya.” Kata Devi sedikit cemas. Kedua tim
hanya tertawa kecil.
“Yee tenang aja
Vi, kita ga bakal rival benaran kok. Tapi di lomba ini kita jadi rival. Namanya
juga lomba.” Kata Via.
“Hehehe iya
iya…baguslah.” Jawab Devi. Disertai acakan rambut kecil dari Siska.
“Noh, rupanya
Adri dengan Aska juga ikutan tuh.” Kata Siska. Yang lain manggut – manggut.
Ternyata banyak juga rival mereka yang merupakan teman mereka di sekolah di
lomba ini. Tapi itu tetu tidak akan mematahkan semangat emas tim tHe_Nemo.
Justru inilah yang membuat mereka semakin bersemangat untuk memenangkan lomba
ini.
***
“Ya sekarang tim
delapan bisa berangkat. Ingat…kalian bisa memilih berbagai alur penjelajahan,
tetapi jangan pernah untuk keluar dari alur atau kalian akan tersesat.” Jelas
panitia horor. Kemudian tim tHe_Nemo berangkat. Kalau begini mereka seperti
kembali menjadi anak pramuka, batin mereka masing – masing.
Sementara mereka
berjalan dan menemukan petunjuk – petunjuk yang meminta untuk dipecahkan.
Diawal perjalanan mereka menemukan kertas yang tertempel dipohon. Segera Siska
yang lebih dulu melihatnya mengajak teman – temannya untuk membacanya.
“Jangan pernah
mengambil apa yang bukan milik kalian, atau kalian akan didiskualifikasi dari lomba
ini.” Eja Siska. Tim tHe_Nemo paham dengan maksud dari perintah itu.
“Tapi..apa
hubungannya ya dengan lomba ini. Lagian kita ga mungkin nyuri benda punya
kelompok lain kan.” Kata Fey. Yang lain sedikit berpikir.
“Ahhh, mungkin
itu maksudnya kita ga boleh memetik tanaman – tanaman di hutan ini. Itukan sama
aja dengan mengambil hak orang lain alias mencuri.” Jawab Marcel sambil menaruh
jari telunjuk di samping kepala. Simbol mendapat ide.
“Bisa jadi tuhh.”
ucap Neva. Yang lain setuju.
“Yuk kita jalan
lagi mbak bro dan masbro!” Ajak Fey yang memimpin perjalanan.
“Atau bisa jadi
ada hal lain selain dilarang memetik tanaman di hutan ini ya..” Gumam Devi
kecil. Sangat kecil. Hingga sedikit kemungkinannya untuk bisa didengar dengan
jelas.
Tim tHe_Nemo pun
melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka berada di persimpangan jalan menuju 3
jalur berbeda. Mereka pun berhenti sejenak untuk berdiskusi kecil mengenai
jalur mana yang akan mereka tempuh. Dan akhirnya mereka memilih jalur paling
kiri.
Setelah 10 menit
berjalan akhirnya mereka menemukan kertas yang tertempel dipohon lagi. Kemudian
mereka membaca tulisan dikertas itu yang merupakan salah satu petunjuk dalam
challenge.
“Cari dan ambil
sebuah bendera berwarna kuning. Temukan diantara biru dan hijau. Gunakan
insting kalian.” Kata Devi mengeja tulisan yang tertulis dikertas itu.
“Hmm…bendera
berwarna kuning. Diantara biru dan hijau…” Gumam Siska.
“Mungkin
maksudnya diantara bendera biru dan hijau.” Ucap Neva. Yang lain sibuk berpikir
dalam otaknya masing – masing.
“Bisa jadi.. Tapi
letaknya dimana?” Tanya Marcel sambil mengusap dagu berfikir,
“Iya juga.. Kita
cari aja dulu disekitar sini gimana?” Ucap Devi. Yang lain setuju dan kemudian
mencari cari bendera yang dimaksud. Selang 5 menit kemudian, mereka belum juga
menemukan bendera itu. Dan alhasil malah Fey terkena gigitan serangga yang
berjalan berbaris ditanah tempat Fey berpijak.
“Hmm… Mungkin
emang ga ada disekitar sini ya. Mungkin ada petunjuk lain..” Kata Siska sambil
menerawang.
“Ahh, mungkin
‘diantara biru dan hijau’ itu adalah symbol dari warna air dan dedaunan. Makanya
kita disuruh untuk menggunakan insting. Gimana? Bener gak?” Kata Devi.
“Yaaa. bener
juga!! Tapi air dan dedaunan?? Mungkin maksudnya adalah sungai dan hutan. Hmm…
Jadi bendera itu letaknya ada diantara sungai dan hutan. Dan menggunakan
insting… Ya!! Maksudnya adalah kita harus menggunakan insting untuk mencari
sumber air, alias sungai.” Jelas Marcel dengan mata berbinar.
“Ya!! Bener
banget tuh. Ayo tunggu apalagi. Kita cari sekarang keburu makin gelap.” Ajak
Neva. Dan mereka melanjutkan perjalanan itu lagi. Kali ini untuk menemukan
suara sungai. Dengan jiwa anak pramuka yang pernah mereka embani, dengan waktu
singkat merekapun menemukan sungai yang letaknya juga tidak terlalu jauh dari
jalan mereka tadi.
“Dimana
benderanya? Ga ada…” Kata Siska sambil melongok kesana kesini untuk menemukan
sebuah warna biru.
“Seharusnya kita
udah bener memecahkan petunjuknya. Tapi kok belum ada nongol tuh bendera. Kira
– kira kalau kita ga ngambil tuh bendera, apa ya resikonya.. Hmm..” Ucap Neva
masih berjalan kesana – kesini.
“Resikonya yang
paling pasti kita ga jadi juara 1 lah..” Jawab Fey. Mendengar itu Marcel,
Siska, Devi dan Neva menjadi bersemangat mencari – cari bendera itu. Hingga
beberapa menit kemudian…
“Wah apa tuh..”
Gumam Devi entah kepada siapa. Kemudian dengan langkah lebar menuju letak objek
yang ditangkap matanya. Dengan mata berbinar seperti anak ayam menemukan
induknya yang hilang (kebalik ya), Ia hampir mencabut bendera itu. Kemudian berhenti
sebelum Ia melihat angka 12 yang tertulis di atas bendera yang berkibar itu.
Lalu dilirik liriknya lagi sekitarnya untuk mencari objek yang sama namun
dengan angka 8. Tetapi sebelum Ia terlalu lama memecahkannya sendirian, maka Ia
berniat memanggil teman – temannya yang terpisah beberapa meter darinya.
“Temen – temen,
sini deh!!” Teriak Devi. Hingga tim tHe_Nemo pun berlari kecil menujunya tanpa
banyak bicara.
“Ada ap….
WAAAAHHHH KETEMUU!!” Kata Fey heboh dan hampir mencabut bendera yang berada didepan Devi
sebelum Devi menghentikan aksinya dengan menghalang tangannya. Siska, Marcel,
dan Neva bingung.
“Liat dulu
tulisannya.” Kata Devi. Semua mata mereka bergegas meneliti objek yang tlah
dicari selama beberapa belas menit ini. Setelah selesai, cahaya mata mereka
yang tadinya berbinar berubah menyiratkan kekecewaan. Agak lelah.
“Aihh… Kok 12
sih. yang 8 mana?” Kata Marcel.
“Mungkin ada
disekitar sini. Lo udah periksa ga Dev?” Tanya Siska.
“Gue belum
periksa bener – bener. Baru ngeliat dengan jarak pandang dari tempat gue
berdiri.” Jawab Devi.
“Nah tunggu
apalagi, kita cari tuh bendera. Mencar ya.. Jangan jauh – jauh.” Kata Fey.
“Ahh, awas aja
kalau ga ketemu tuh bendera. Gue cabut aja bendera yang ini!” Gumam Neva.
“Ihh. jangan...
Ingat gak perintah diawal perjalanan tadi. Kita tuh ga boleh ngambil apa yang
bukan hak kita.” Nasihat Siska kepada Neva.
“Iyee… iyee..”
Lalu mereka berdua pun berpencar untuk mencari bendera itu. Setelah beberapa
menit, Fey berteriak memanggil teman satu timnya. Segera mereka bergegas menuju
tempat Fey berada. Ternyata Fey menemukan bendera itu. Semuanya tersenyum
senang dan kembali ke jalur perjalanan mereka tadi.
“Akhirnya dapet
juga ni bendera. Cuman nyari ginian doang kok lama amat ya.” Gumam Siska.
“Tau tuh…ngomong
– ngomong ini udah jam berapa Fey?” Tanya Neva. Kemudian Fey melirik sepintas
jam tangan yang terlilit dipergelangan tangan kirinya.
“Jam 4.40..”
Jawab Fey. Siska yang sedang memegang bendera terlihat menunjukan ekspresi yang
sulit tertebak.
“Temen – temen,
sebentar.” Katanya berhenti ditengah jalan sambil mencoba melepaskan sesuatu
dari bendera itu. Neva yang berjalan dibelakangnya hampir menabrak Siska karna
pemberhentian Siska yang tiba – tiba.
“Ada apa?” Tanya
Marcel.
“Nih ada sesuatu
kayaknya.” Akhirnya Siska berhasil melucuti kertas yang tergulung rapi ditiang
bendera itu. Devi, neva, Marcel dan Fey hanya diam sibuk dengan pertanyaan
dibenak mereka masing – masing.
“Apalagi nih,
hmm….” Gumam Siska seraya mulai membaca tulisan dikertas itu. “Tancapkan
bendera ini di dekat pohon cemara yang telah ditandai, jangan lupa untuk
mengikuti petunjuk yang ada sebelum menancapkan bendera ini.”
“Oya, rute kita
kan gak jauh dari lapangan golf yang banyak pohon cemaranya. Mungkin gak jauh
dari jalan ini kita bakal ketemu tuh pohon cemara.” Kata Marcel sambil menunduk
berfikir.
“Oh iya ya.. Yaudah lanjut jalan lagi aja.” Kata Devi. Mereka
pun melanjutkan perjalanan mereka.
Peluh mulai
mengalir dari setiap pori – pori kulit mereka, dan berkumpul menuju gravitasi.
Namun bukan masalah bagi tim tHe_Nemo selagi mereka masih bersemangat untuk
meraih kemenangan dalam lomba ini. Pohon – pohon yang sedaritadi mengelilingi
perjalanan mereka kini mulai berjauh jauhan. Suhu panas kini semakin menjadi,
mungkin karena pohon – pohon yang mulai jarang. Atau mungkin mereka mulai
mendekati tanah lapang? Mungkin. Tapi itu terbukti benar, sebab cahaya matahari
semakin terang mewarnai jalan mereka. Untuk beberapa saat tim tHe_Nemo
beristirahat untuk sekedar membasahi tenggorokan mereka yang mulai kering.
Untungnya mereka semua memiliki fisik yang tidak lemah, sehingga tidak ada yang
jatuh pingsan dalam lomba ini.
Sedikit tanjakan
untuk mulai menapakkan kaki diatas tanah lapangan golf. Pasangan -
pasangan kaki mereka satu persatu mulai memasuki lapangan bertikarkan
rumput yang telah dipotong rata dan rapi itu. Fey, Siska, Devi, Neva dan Marcel
menghirup udara panas bercampur sejuk itu. Mereka mulai berdiskusi kecil untuk
menemukan pohon cemara bertanda itu. Tak lama kemudian mata mereka menangkap
objek yang telah digambari tanda lingkaran serta silang didalamnya. Tak
membuang waktu dengan sigap mereka menuju objek yang dicari. Pohon itu
menuliskan sebuah perintah diatas kertas yang tertempel dipohon itu –lagi. Kali
ini dengan perintah yang agak berbeda dengan perintah sebelumnya. ‘Tuliskan
cita – cita kalian didalam selembar kertas tanpa menuliskan nama. Kemudian
masukan lembaran kertas itu didalam kotak dibawah ini. Dan jangan lupa untuk
menancapkan bendera kalian didekat pohon cemara ini. Lanjutkan perjalanan kalian dan selama
perjalanan pikirkan apa usaha kalian dalam mewujudkan cita – cita itu’.
Walaupun hati mereka melengos membaca perintah itu, tapi tim tHe_Nemo siap
melakukannya. Didekat pohon cemara sudah tertancap beberapa bendera yang
berbeda angka.
Setelah selesai
menulis cita – cita mereka masing – masing, mereka kembali melanjutkan
perjalanan sambil sibuk dengan pikrian masing – masing. Walaupun terkadang
mereka bertanya apa tentang pendapat satu sama lain. Tak terasa hari sudah
semakin gelap, mereka telah berhasil menyelesaikan beberapa perintah dan
petunjuk. Bahkan ditengah perjalanan mereka juga bertemu dengan tim – tim lain
yang ternyata ada yang lebih cepat atau bahkan terlambat. Dan disinilah tim
tHe_Nemo sekarang, diantara panitia - panitia yang bertugas menjaga posko ¾ rute,
bersama dua tim lain yang bersamaan sampai di posko ini.
“Adik – adik
semua masih kuat untuk melanjutkan perjalanan? Kalau ada yang sudah tidak kuat
lagi, silahkan laporkan pada kakak. Jangan dipaksakan untuk melanjutkan
perjalanan karna masih ada satu posko lagi yang letaknya juga agak jauh.” Jelas
seorang wanita yang memakai rompi bersimbolkan PMI. Tiga tim yang ada disitu
hanya berbisik bisik kecil. Merasa kesehatan dianggap sepele, wanita yang
merupakan kakak dari PMI itu bertanya kembali.
“Kalian yakin
merasa kuat? Soalnya kalau ada yang pingsan atau sakit ditengah jalan, bakalan
susah loh untuk diberi pertolongan dari panitia. Karna posko terakhir masih
jauh. Tolong jangan sepelekan masalah kesehatan kalian ya.” Jelas kakak dari
PMI itu kembali. “Kemudian jika ada yang sakit
- sakit kecil, ataupun luka bisa meminta obatnya sama kakak.” Lanjutnya.
Anggota – anggota tim yang merasa butuh bantuan dari PMI segera menuju tenda
kesehatan yang ada di posko itu. Bahkan ada yang merasa dirinya tidak mampu
melanjutkan perjalanan.
“Baiklah, di
posko kali ini agak sedikit berbeda dengan posko – posko sebelumnya. Karna di
posko ini alian akan diuji untuk berpidato. Ingat perintah di pohon cemara?”
Tanya seorang pria yang merupakan salah satu panitia. Tim yang ada manggut –
manggut karna ingat apa perintah yang dimaksud.
“Baiklah kalau
kalian ingat, sekarang kalian bisa berdiskusi kecil bersama kelompok kalian
untuk menentukan siapa yang akan berpidato dan tentu saja dalam pidato harus
menyangkut semua cita – cita kalian dalam satu tim. Saya hanya memberi waktu 15
menit setelah itu kalian harus mulai tampil. Semakin cepat semakin baik karna
hari sudah semakin gelap.” Jelas panitia itu lagi. Kemudian tiga tim yang ada
mulai berdiskusi.
“Yang pidato Fey
ya.” Kata Neva ditengah diskusi.
“Iya dehh..” Kata
Fey pasrahh. “Lalu apa pidatonya? Udah ada sih di otak gue sedikit, tapi belum
oke nih.”
“Gimana kalau
gini….” Kata Marcel sambil memperagakan pidato yang lebih menjurus ke
religious.
“Jiaahhh…itu mah
pidato kalau mau jadi pastor. Tapi bagian ‘semua cita – cita adalah rencana
kita, terjadi atau tidaknya adalah kehendak Tuhan’ itu boleh juga dipakai.”
Ucap Fey.
“Hehehe…” Kata
Marcel nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Okedeh kita
pakai yang Fey bilang. Trus ditambahin apa lagi?” Tanya Devi.
“Tambahin ini deh….”
Kata Siska lalu menjelaskan apa ide yang ada di otaknya.
“Terlalu berbelit
– belit, tapi intinya juga boleh tuh, ‘kami percaya untuk terus berusaha
mewujudkan cita – cita apapun hasilnya, karna dengan terus berusaha disitulah
perlahan masa depan kami yang cerah terbuka’. Wah mantep tuh…” Kata Fey
nyengir. Siska mengangguk setuju, begitu juga dengan yang lainnya.
“Ada lagi? Gue
sendiri ga punya ide nih. Ga bakat soal ginian gue.” Kata Neva membuka suara.
“Tiap orang juga
punya bakat masing – masing lagi Va..” Kata Siska.
“Bener tuh. Bakat
lo kan boxing, hahahaha” Kata Marcel. Hingga Neva yang diejek pun mendengus,
pura – pura kesal.
“Gue ada tambahan
nih, dikit aja sih. Tapi coba dikoreksi dulu. ‘…kalian tau? Bintang kami memang
berbeda, tapi satu hal yang menyatukan bintang kami. Jarak dan ruang. Bingung?
Coba kalian pikir, bagaimana mungkin semua elemen semesta alam bisa tergabung
dalam sebuah nama ‘semesta alam’ jika tidak karna jarak dan ruang? Hal yang
terkadang kita fikir adalah sebuah pembatas, tapi ternyata itulah yang
menyatukan bintang kami’. Gimana? Kepanjangan ya.” Tanya Devi sambil membaca
tulisan yang ia buat dari tadi.
“Boleh – boleh,
walaupun jadinya kayak puisi. Tapi bermakna dalam tuh.” Kata Marcel.
“Biar ga terlalu
panjang, aku kurangin di bagian ini dan ini.” Kata Fey sambil melingkari kata –
kata yang tidak dipakai. Devi menggangguk setuju.
“Jadi ada lagi gak?”
Tanya Siska.
“Yaudah sampai
segini aja kalau ga ada yang punya ide lagi. Aku hapalin dulu.” Kata Fey sambil
membaca buku yang sedari tadi menjadi alat menulis konsep pidato.
Panitia
membunyikan peluit tanda waktu sudah berakhir. Ketiga tim pun berkumpul
membentuk barisan. Ternyata sudah ada 2 tim baru yang menyusul posko itu.
Panitia kemudian memanggil satu persatu perwakilan tim yang akan berpidato.
Anggota yang tidak berpidato maupun yang belum berpidato mendengarkan setiap
pidato dengan seksama. Panitia – panitia yang tidak sibuk juga ikut
mendengarkan pidato yang telah dipersiapkan setiap tim. Mulai dari tim 4 yang
mulai berpidato, semuanya berpidato dengan bagus membuat semua orang yang
mendengarnya berdecak kagum dan tanpa gengsi memberikan suara tepuk tangan
dengan bangga. Tim 8 atau tim tHe_Nemo mendapat giliran berpidato terakhir. Fey
pun memulai pidatonya dengan semangat, seperti biasa Ia mudah mendapatkan
perhatian audience dengan selingan berbagai gurauannya di pembukaan. Semua
anggota tim mendengarkan pidato Fey dengan seksama sambil duduk ditanah. Entah
bagaimana, tetapi yang jelas pidato yang Fey sampaikan berhasil menggugah hati
audience. Yang lain dibuat terkesan sekaligus bimbang dengan isi pidato Fey
yang berisikan cita – cita kami berlima untuk membangun sebuah perusahaan
tHe_Nemo production. Panitia yang menilai pidato manggut – manggut mendengarkan
pidato yang disampaikan setengah menggebu tapi pasti. Mungkinkah pidato ini
menjadi nilai plus buat tim tHe_Nemo?
Berbeda dengan
anggota tim 4 dan 6 yang seolah menebak – nebak apa inti pidato yang
disampaikan Fey, anggota tim 8 yang tidak berpidato kini sibuk memikirkan
sesuatu dengan tema yang sama namun dengan cara pemikiran yang masing – masing
berbeda. Akhirnya Fey selesai berpidato selama kurang dari 10 menit, dan menuai
tepuk tangan meriah dari anggota tim lain maupun panitia. Selesai menjalankan
misi di posko itu, mereka (tiga tim yang ada disitu) disuruh melanjutkan perjalanan
menuju posko terakhir. Tentunya masing – masing dengan jalur berbeda yang telah
disiapkan.
“Capek nih,
istirahat bentar yuk!” Keluh Devi. Anggota tim tHe_Nemo yang lain juga merasa
lelah dan lagi mereka lapar.
“Yuk, gue haus
nih. Laper pula.” Ucap Neva sambil mencari tempat untuk duduk.
“Ya deh..” Kata Fey.
Mereka pun istirahat ditemani cahaya senter yang boleh masing masing mereka
bawa. Dan lagi salah satu anggota tim diwajibkan untuk membawa alat komunikasi,
agar jika mereka tersesat panitia dapat menemukan mereka.
“Makkk…perut gue
ngerock ni.” Kata Marcel asal. “Ada yang masih punya makanan?” Tanyanya lagi.
“Nih gue masih
punya nasi sedikit, gue udah seminggu ini ga nafsu makan.” Kata Siska sambil
menyodorkan bekalnya kepada Marcel. Neva yang juga lapar langsung menatap bekal
itu dengan mata berbinar.
“Cel, bagi – bagi
dong. Gue juga laper nih.” Kata Neva dengan tampang memelas sangat. Mau tidak
mau Marcel membagi bekal yang sudah sisa sedikit itu dengan Neva. Sebenarnya
yang lain minus Siska juga agak lapar, tapi mereka masih bisa mengendalikan
rasa laparnya. Untungnya Devi juga membawa stok minuman p*cari s*eat yang
banyak.
Fey yang sedang
melihat sesuatu di hp nya, lalu membuka suara.
“Guys, kata
panitia ada yang sesat tuh. Tim 6 yang bareng kita di posko tadi yang sesat.
Ini panitia yang bilang.” Katanya. Lalu memasukan handphonenya ke dalam saku
celananya lagi.
“Trus dia bilang
apalagi? Wah bahaya nih kalau sesat di tengah hutan gelap – gelap gini.” Kata
Neva.
“Kita dihimbau
untuk lebih hati – hati dan diminta bantuin selama perjalanan kita denger –
denger suara disekitar juga siapa tau ketemu mereka. Ya makanya kita harus hati
– hati, apalagi jalanan gelap gini.” Jelas Fey sambil menyenter jalanan. Devi
bergidik ngeri.
“Hiyyy..” Gumam
Devi.
“Kenapa Dev?”
Tanya Neva.
“Ngga, serem aja
kalau kita sesat. Lagian aku jadi ingat kejadian waktu kegiatan menjelajah
CABA.” Kata Devi.
“Hush, jangan
ngomong yang aneh – aneh. Ntar malah takut kita.” Kata Marcel.
“Haha, maaf maaf.
Kita lanjut jalan lagi yuk, biar cepet nyampenya.” Ucap Devi sambil bersiap –
siap. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan lagi.
Akhirnya mereka
sampai di tujuan, posko terakhir. Betapa melegakan karna mereka tidak tersesat
seperti kelompok lain –seperti yang dibicarakan panitia saat ini didepan
barisan mereka-. Dan terlebih itu, mereka juga sudah terlalu lelah dan ingin
cepat – cepat beristirahat. Bukannya mudah untuk tidak lelah setelah melakukan
perjalanan dengan ‘kaki mereka sendiri’ selama 4-5 jam. benar – benar seperti
kembali menjadi anak pramuka, pikir mereka. Padahal mereka telah mendapat bet
bertuliskan BANTARA diatas bahu seragam pramuka mereka masing – masing. Ya,
kecuali Neva. Tapi tetap saja, mereka lagi – lagi harus mengalami ini, bahkan
mungkin untuk kedepannya juga. Tidak ada yang bisa selamanya menjadi senior disemua
tempat, kan? Diatas langit, masih ada langit lagi. Begitulah kata pepatah yang
terlampau sering kita dengar, bahkan kita hapal.
Setelah berkomat
– kamit tentang berbagai hal, mulai dari yang tersesat, selamat atas
keberhasilan tim yang sampai diposko terakhir, menyinggung sedikit soal
pemenang lomba menjelajah ini sampai apa yang harus mereka lakukan setelah ini.
Panitia itu, yang sedang berbicara di depan barisan 4 buah tim yang berhasil
sampai –termasuk tim tHe_Nemo- akhirnya mengakhiri cerocosannya. Tim yang ada diperbolehkan langsung go home dikarenakan tak mungkin mampu
menunggu tim yang lain sedangkan waktu sudah larut malam. Sekarang saja waktu
telah menunjukan pukul 9 malam. Tanpa basa basi lagi, tim tHe_Nemo yang sudah
kelewat lelah langsung pulang. Dan jangan lupakan soal siapa pemenang lomba
ini, panitia sudah memberitahu bahwa pemenang akan diumumkan besok jam 4 sore.
Dan tiap tim harus datang.
Yap, sekarang
yang ada di benak semua tim yang berhasil sampai, dan menjadi cita cita mereka
kini yakni pulang dengan angin menerpa disepanjang jalan hingga sampai di
rumah/kos/asrama kemudian berbersih diri sebentar dan mengisi perut. Barulah
pada saat yang ditunggu – tunggu mereka dapat merebahkan tubuh mereka yang
lelah diatas kasur tua mereka yang empuk. Bermimpi diatas pulau kapuk dan
berharap besok mereka menerima hasil yang memuaskan atas lomba menjelajah yang
mereka laksanakan dengan penuh semangat. Ahhh, betapa itu merupakan sebagian
kecil surga dunia.
***
Rabu, 15 Agustus
2012. Pukul 09.30 A.M, GMT +7.00. Sanggau, Kalimantan Barat.
Pagi sudah tiba,
oh tidak maksud saya pagi menjelang tiba sudah tiba. Matahari di zona waktu ini
mulai bisa membakar kulit manusia – manusia yang berada dibawah wilayah
kekuasaan sinarnya. Harusnya para manusia di waktu ini sudah bersih dan harum.
Atau bahkan sudah melaksanakan aktivitasnya seperti biasa. Tetapi tidak untuk
anggota tim tHe_Nemo yang masih setia menemani sang kasur untuk tidur cantik.
Rasa lelah menjadi alasan mereka mengapa saat ini mereka masih terlentang
sambil menutup mata diatas kasur. Walaupun sudah ada para wanita di tim
tHe_Nemo yang sudah mulai bangun, yaitu Devi dan Siska. Alasan karna mereka
bangun lebih cepat dari antara yang lainnya adalah… Pertama Siska, tidur hingga
siang di asrama tidaklah nyaman. Karena suara berisik akibat aktivitas teman –
teman asramanya membangunkan Ia seketika. Kedua Devi, bukannya karena terlalu
rajin. Tapi Ia sudah bangun sejak jam 8.00 pagi karna dibangunkan –tepatnya
dipaksa bangun- oleh adik – adiknya. Berbeda dengan Siska dan Devi yang sudah
angkat tubuh dari kasur, tim tHe_Nemo yang lain a.k.a Fey, Marcel, dan Neva
yang sedari tadi tidur batu kini mulai bangun meninggalkan benda empuk yang
memberi mereka tempat istirahat selama semalam itu walau dengan terpaksa.
Beralih dari
aktivitas pagi hari menjelang siang hari anak – anak tHe_Nemo, kini mereka
sedang berkumpul di SMA Don Bosco. Bersama Bapak guru yang sempat menjadi
Pembina OSIS kala periode 2011-2012, tepatnya pada saat Fey menjabat sebagai
ketua OSIS. Guru bahasa indonesia yang
mengajar di kelas 10 yang bernama Pak Berry itu orangnya selain bijaksana juga
pengertian terhadap murid – murid. Mungkin karna faktor umurnya masih muda, Pak
Berry menjadi dekat dengan murid – murid. Termasuk lah anak – anak tHe_Nemo.
Di perpustakaan
sekolah tempat tim tHe_Nemo berkumpul itu terdengar suara musik yang menggema
di ruangan. Fey sengaja membunyikannya agar suasana sedikit ramai. Terkadang
mereka berenam bernyanyi bersama diselingi gitar yang dimainkan Marcel. Waktu
pun telah menunjukan jam 3 kurang 10 menit. Anak – anak tHe_Nemo bergegas pergi
menuju lokasi pelaksanaan lomba dengan semangat.
“Untuk yang tidak
mendapat juara jangan kecewa ya, karna akan ada throphy buat kalian semua. Nah,
kita langsung saja mulai dari juara harapan 3 ya…” Kata ketua panitia yang
sedang menggunakan seragam pramuka lengkap sengaja memotong omongannya. “Juara
harapan 3 nya adalah tim 4! Bagi pemenang diharapkan maju kedepan..” Tim 4 maju
dengan semangat. Begitu pula dengan tim – tim lain yang mendapatkan juara
harapan 2 dan juara harapan 1.
“Dan yang menjadi
juara 3 nya adalah…. Tim 10!! Silahkan maju kedepan, untuk tim 10.” Kata ketua
panitia dengan senyum sumringahnya. Tim 10 ternyata adalah timnya Endy dkk.
Tim – tim yang
masih belum disebutkan semakin cemas. Senyum – senyum semangat dari para
pemenang membuat harapan mereka semakin dekat pada kekecewaan. Tim tHe_Nemo pun
tak kalah berkeringat dingin. Setidaknya mendapat juara 2 daripada pulang hanya
mendapat hadiah trophy itu jauh lebih baik. Bukannya mereka ingin berputus asa,
mereka hanya berharap. Yaa, hanya terlalu berharap. Semoga roh kudus memberkati
mereka. Toh, jika dilihat dari hasil menjelajah tak satupun mereka melewatkan
challenge yang diberikan. Pidato yang mereka tampilkan bisa membuat panitia
berdecak kagum. Untuk masalah fisik tentu saja tak satupun dari mereka yang
jatuh sakit selama menjelajah. Dan satu hal lagi, mereka termasuk dalam tim
yang berhasil sampai pertama kali. Ya, semuanya bisa jadi perkiraan mereka
dapat memenangkan lomba menjelajah ini. Tapi masalahnya, diantara 20-an tim
yang ikut lomba menjelajah ini apakah mereka satu – satunya yang juga mendapat
poin bagus di setiap aspek yang dinilai? Tidak kan. Lebih tepatnya tidak tau!
“Kita semakin
dekat pada juara pertama ya… Sudah pada penasaran ya?” Ujar panitia semakin
membuat tim – tim yang tersisa dilapangan semakin dag-dig-dug tak karuan.
“Baiklah, selamat untuk tim 20 yang mendapat juara kedua! Silahkan maju.” Seru
panitia.
“Wah, tim nya
Adri dan Aska juara 2 tuh. Kita berapa nih? Haah.” Keluh Marcel.
“Semoga dewi
fortuna dipihak kita sekarang!” Kata Siska. Anggota tim tHe_Nemo yang lain juga
berharap yang sama. Iri melihat teman – temannya yang ternyata mendapat juara 2
dan 3.
“Inilah yang
paling kita tunggu – tunggu. Kira - kira
siapa yang akan menempati posisi tepat disebelah kanan saya ya!” Ujar panitia
masih dengan gaya berbicaranya yang nyaris bikin mati penasaran tim – tim yang
tersisa di lapangan.
“Juara 1 nya
adalahhh…… Tim 28!! Selamat untuk para pemenang dan untuk yang lain jangan
kecewa, karna masih ada kesempatan diwaktu lain untuk meraih juara. Dan jangan
lupa kalian tetap mendapatkan hadiah trophy!” Seru panitia cepat dan pasti. Tim
– tim yang tidak mendapat juara, termasuk tim tHe_Nemo menunduk kecewa.
Panitia berbisik
– bisik. Tim 28 ternyata belum maju ke panggung juga. Ketua panitia tertawa
tiba – tiba.
“Maaf – maaf,
maksud saya yang mendapat juara 1 adalah tim 8! Tim 28 tidak akan maju ke panggung
karna tim yang mengikuti lomba ini hanya 27 tim! Congratulation to team 8!
Silahkat maju!” Seru ketua panitia berkoar semangat.
Tim 8 yaitu tim
tHe_Nemo melompat kegirangan. Tak menyangka mereka dapat meraih juara 1 di
lomba ini. Setelah mereka dilanda kekecewaan sejenak, mereka dengan kilat juga
berubah menjadi bersemangat lagi. Semua pemenang telah berkumpul di atas
panggung. Semuanya tampak bersemangat. Tak terkecuali tim – tim yang tidak
mendapat juara. Mereka tak putus asa, tetapi tetap bersemangat. Karna dari
lomba ini mereka telah mendapat banyak pelajaran untuk tak putus asa. Hadiah
trophy yang diberikan juga lumayan, sehingga mereka tidak hanya membawa tangan
kosong sampai ke rumah.
***
“Guys, gue gak
nyangka banget kita bisa dapat piala ini!” Kata Neva sambil memegang piala yang
setia dipeluknya sedari tadi.
“Gue juga!
Padahal sempat kecewa dan langsung mau pulang pas diumumin yang juara satu itu
tim 28. Haha” Kata Marcel.
“Dewi fortuna
lagi dipihak kita kayaknya tuh.” Ujar Siska. Fey yang sedari tadi asik menelpon
seseorang untuk mengabari kemenangan mereka tampak semangat. Entah pada siapa
dia berbicara.
“Haha bener juga
tuh Sis. Mungkin dewi fortuna lagi ngelilingin kita sekarang.” Kata Devi
disambut tawa yang lain, membayangkan bagaimana dewi fortuna berkeliling
diantara mereka sekarang.
“Ngomong –
ngomong lapar nih gue! Kita ke rosela yuk guys.” Kata Devi sambil memegang
perutnya sudah konser keroncong sedari tadi.
“Gue juga laper
nih. Tapi Fey mana?” Kata Marcel sambil melirik kesana kesini untuk mencari
satu subjek bernama Fey. Terlihat Fey baru saja akan menghampiri mereka dengan
senyum tidak jelasnya.
“Noh. panjang
umur!” Kata Siska.
“Apa acara kita
nih buat ngerayain kemenangan kita nih bro?” Tanya Fey.
“Mau makan nih ke
rosela. Lo nelfon siapa sih? Nelfon pacar lo itu ya?” Tanya Neva sambil menunjuk
– nunjuk wajah Fey. Fey tertawa renyah.
“Yee..siapa juga
yang nelfon pacar. Gue nelfon Pak Berry noh! Gimana kalau kita traktir Pak
Berry makan juga? Itung – itung buat rasa terima kasih kita lah. Lagian kita
kan udah kelas 12, bentar lagi lulus nih. Kapan lagi kita traktir guru kita.
Gimanaa??” Tanya Fey meminta pendapat yang lain.
“Okee. Gue sih
setuju – setuju aja.” Kata Marcel.
“Gue juga!” Seru
Devi dan Neva bersamaan.
“Gue juga setuju
dong. Yuk tunggu apalagi, gue juga udah laper nih.” Kata Siska. Kemudian mereka
berlima segera pergi menuju tempat makan yang mereka sebut sedari tadi. Tidak
lupa dengan menjemput Pak Berry terlebih dahulu.
Yap, akhir yang
bahagia bukan? Setelah berkerja keras untuk memenangkan lomba akhirnya tim
tHe_Nemo bisa meraih hasil yang sesuai. Begitu juga dengan kesuksesan. Apa saja
yang menyangkut kesuksesan pasti membutuhnya perjuangan, kerja keras bahkan
pengorbanan. Bahkan sebelum mencapai kesuksesan, kita terlebih dahulu
dihadapkan pada kekecewaan. Lalu bagaimana dengan cita – cita para anggota
tHe_Nemo itu? Yang berandai – andai membangun sebuah perusahaan tHe_Nemo
production? Pastinya untuk mewujudkan semua itu akan membutuhkan sebuah
perjuangan besar. Setelah mengikuti lomba menjelajah bertemakan What Should to
be Your Aspiration itu, pikiran mereka semakin terbuka akan cita – cita mereka.
Mereka sadar, untuk meraih suatu impian yang mereka sebut sebagai bintang dalam
pidato mereka di challenge lomba menjelajah itu butuh perjuangan yang tidak
main – main, tidak bisa dianggap remeh dan tentunya butuh pengorbanan yang
berarti.
Anak – anak
tHe_Nemo yakin dengan impian mereka, walau impian mereka agak tak sedikit masuk
akal. Tapi semuanya begitu mungkin. Dengan niat teguh dan perjuangan keras
mereka pasti bisa mewujudkan impian itu! Menggabungkan bintang – bintang mereka
hingga membentuk sebuah bulan yang bersinar indah. Tidak hanya pada malam hari,
tetapi juga pada siang hari.
Setelah ini
mereka harus bersikeras akan impian mereka. Yang harus mereka lakukan pertama
kali untuk mewujudkan impian mereka adalah belajar keras demi sebuah kelulusan
dengan nilai terbaik. Kemudian masuk universitas terpilih sesuai dengan
kemampuan dan cita – cita mereka. Dan selanjutnya jika Tuhan menghendaki, maka
impian anak – anak tHe_Nemo akan terwujud. Yosh! Bagaimanapun hasilnya, usaha
dan niat yang mereka miliki adalah api yang tak pernah padam. Jika mereka
sukses dengan jalan yang dikehendaki oleh Yang Maha Esa sendiri, mengapa tidak?
TAMAT
buat cerita tHe_Nemo lagi dong :D
ReplyDeletekalau ada ide aku bikin lagi, hehe
Deletemasih ada projet cerita lain yg mau dismabung juga soalnya :D