Part. 2 (Monster
Band)
“Ran, gue numpang ya! Hehe” Cengir Ray sang bassis menghampiri Randy.
“Ya elah. Mobil lo kemana emang?” Kata Randy ketus sambil menyandarkan dirinya ke mobil. Ray sudah biasa mengalami ekspresi ini jika berada di sekitar Randy atau Stevan. Yap, band mereka sendiri terdiri dari 5 personil yang beranggotakan Randy sebagai vokalis, Stevan sebagai gitaris, Ray sebagai bassis, Yosef sebagai pianis, dan drumernya adalah Gio. Sebuah band yang nyaris sempurna dengan keberadaan anggota – anggotanya. Jangankan masalah tampang dan kekayaan, selain kesempurnaan fisik dan material itu mereka juga memiliki kekuatan dalam bertarung. Hingga saat ini belum ada ‘preman – preman’ sekolah lain yang bisa mengalahkan mereka berlima. Ya kadang mereka tidak hanya berlima, dibantu juga dengan konco – konco yang selalu ada kapanpun mereka butuhkan. Tapi intinya mereka berlima tetaplah yang terkuat.
Ray menyengir lagi. Randy melongo, apa – apaan temannya ini. Bukannya mejawab pertanyaannya malah nyengir tak karuan. Ia merasa waktunya jadi terbuang karna Ray, bukannya apa, tapi Ia butuh istirahat sekarang ini.
“Lo ini numpang gue karna kere, atau karna mobil lo hilang diculik Gio lagi?” Kata Randy. Ray menyengir lagi. Temannya yang satu ini memang selalu ceria, kadang – kadang bisa jadi dungu juga. Tapi jangan sampai membuatnya marah, satu gedung bakal hancur karnanya. Itulah yang membuat pria – pria lain enggan berurusan dengannya. Selain kekuatannya yang bisa diandalkan, dia juga anak konglomerat yang pada hakikatnya semua hal bisa diatur dengan kekayaannya. Tapi Ray bukanlah orang yang suka membuang harta hanya untuk masalah tidak penting, Ia lebih suka berupaya dengan hasil keringatnya sendiri. Sekalipun itu dengan kekuatan bertarung yang dielu - elukannya
“Mobil gue bukan diculik Gio, tapi diculik Stevan. Gue numpang ya. Kita kan searah!” Seru Ray. Lagi – lagi Randy melongo.
“Apa? Stevan? Tumben bener tuh anak.” Gumam Randy tak percaya. Ray menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung juga menjelaskan seperti apa, soalnya dia juga tak mengerti.
“Gue juga ga tau. Gue pikir Gio yang nyolong kunci mobil gue. Eh pas gue maki – maki Gio yang bawa kabur mobil gue di parkiran Gio nya sendiri noyor kepala gue dari belakang. Trus bilangnya gini nih ‘lo pikir gue cowok apaan suka nyolong mobil orang sehari, asal lo tau itu tuh Stevan yang bawa kabur mobil lo’. Gue jadi ngelongo sendiri. Ngelongo karna Gio ngomong sok ga pernah bersalah gitu dan ngelongo karna ternyata yang bawa kabur mobil gue si Stevan.” Cerocos Ray sembari meniru gaya sok keren sohibnya yang bernama Gio itu. Randy tertawa.
“Haha. Parah bener dah tuh anak. Padahal yang suka bawa kabur mobil lo kan dia sendiri. Sok ga bersalah lagi tuh anak. Trus lo kenapa ga numpang Gio, bego.” Ucap Randy sambil menoyor kepala salah satu sohibnya itu.
“Maunya juga gitu. Tapi pas gue minta numpang, dia malah ngusir gue karna rumah gue dan rumah dia beda arah katanya. Coba aja tadi gue pake kekuatan level 10 gue. Mampus tuh anak. Kalau kali ini ga ada juga yang mau nganterin gue pulang, habis bener – bener dah tuh orang malam ini.” Sungutnya bermaksud menyindir makhluk yang ada dihadapannya. Randy melanjutkan tawa. Ngeri membayangkan Ray menghabisi dirinya malam ini. Dan esok hari gambar jasadnya bisa dilihat di koran – koran dengan kondisi menggenaskan.
“Hahaha. Gue antar deh. Serem juga gue sama lo. Bisa – bisa dimutilasi juga gue.” Kata Randy kemudian memasuki mobilnya diikuti Ray yang nyengir penuh kemenangan. Ada untungnya juga dia punya kelebihan dalam kekuatan dan bertarung.
***
Stevan tertawa
renyah. Menertawai kegilaannya sendiri di dalam mobil yang Ia colong dari Ray.
Tentu saja Ia akan mengembalikannya besok disekolah. Jika orang – orang
bertanya sejak kapan Stevan memiliki kegilaan seperti ini, jawabannya adalah
sejak hatinya digores oleh gadisnya itu. Siapa lagi jika bukan Bella? Ya, karna
dialah yang menggores luka dihati Stevan. Perkataan Bella di kelas siang
kemarin membuat hatinya sakit. Awalnya Stevan hanya ingin mencoba sesuatu yang
gila untuk menghilangkan lukanya ini. Tetapi Ia tak tau apa hal gila itu.
Yosef, salah satu sohibnya menyarankan kegilaan ini. Menculik mobil si kekuatan
super seperti yang sering dilakukan Gio katanya. Kegilaan sederhana yang
membuat Stevan ingin mencobanya. Bukannya apa, dia hanya ingin melihat wajah
kejam Ray mendatanginya besok yang seakan – akan ingin membunuhnya. Ia tertawa
lagi. Jika Ia sesekali dihabisi Ray, mungkin sakit dihatinya akan hilang. Dasar
pemuda sinting.
Ponsel Stevan
berdering. Sebuah pesan singkat memasuki ponselnya. Stevan segera meraih
ponselnya. Ia tertawa lagi setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan Ray
untuknya.
Kembaliin mobil gue besok, atau
jenasah menggenaskan lo bakal tertampang dihalaman utama koran – koran besok!!!
From: Monster Ray
Merinding juga
Stevan membaca pesan sohib satu band-nya itu. Bagaimana jadinya ya kalau yang dikatakan
Ray itu jadi kenyataan. Stevan malah tersenyum miring seraya membalas pesan
itu.
Iye, suparman. Gue bakal
kembaliin mobil lo dengan utuh besok. Kalau perlu dengan bonus barbie
didalamnya.
To: Monster Ray
Stevan hendak
melempar ponselnya ke kursi disebelahnya sebelum ada pesan lagi yang masuk.
Cepat juga Ray membalas pesannya, batin Stevan.
Stevan mengerutkan dahinya setelah melihat siapa yang mengirim pesan. Jantungnya berdetak lebih kencang hingga tangannya tak sabar untuk membuka pesan itu.